February 6, 2016

Cerita dari Bandung

By Hanan Cinthya Not mine Both photos by Hanan Cinthya. 

Kalau diingat, udah lama juga saya nggak ke Bandung. Makanya waktu temen-temen kantor ngajak jalan-jalan bareng ke Bandung pertengahan Januari lalu, saya setuju-setuju aja. Berangkatlah kami bertujuh dalam satu mobil hasil pinjaman dari kantor. Kami menghabiskan dua hari dan satu malam di sana. Lumayan untuk refreshing sejenak di awal tahun. Berangkat subuh dan sampai di tempat tujuan pertama, Situ Cileunca, sekitar hampir tengah hari. Daaan sungguh terlalu, situnya kering. Walaupun sempet kecewa dan ngedumel (yah namanya juga cewek), kami melanjutkan perjalanan. Hasil Googling membawa kami ke tempat tujuan cadangan, Situ Cisanti. Baru juga nyampe, langsung jajan. Sambil jelajahin tempat wisata itu, sambil ngunyah.

Camp siteHang everything there Berhubung nggak banyak yang bisa dilihat dan udah puas foto-foto, kami lanjut jalan lagi untuk makan siang. Aga ngide banget mau makan di Nasi Bancakan yang katanya “Sumpah, enak banget! Kalian harus cobain!”. Berhubung dia didaulat jadi supir, jadi kita nurut aja sama kemauannya. Masalahnya, lokasinya di pusat kota Bandung. Dan dari Situ Cisanti ke kota Bandung itu sekitar 60km (menurut Google) dan entah jalan yang dilewatin emang lagi macet banget atau gimana, kami baru sampai di tempat tujuan sekitar pukul 4 sore. Sampai udah hampir hilang rasa laparnya. Tapi tetep makan dan terharu karena akhirnya bisa makan nasi lagi. :') Di Nasi Bancakan, kamu bisa ngambil makan ala prasmanan dengan segala pilihan lauk. Dulu pernah nyobain makan kayak gini di angkringan Blok M, terus kalap ngambil segala macam lauk, dan nyesek sendiri pas bayar. Untungnya saya sudah belajar dari pengalaman. Hahaha. Di restoran ini nasinya dibakar, makanya lembut dan enak. Dan peralatan makannya (piring dan gelas teh) terbuat dari kaleng. Jadul gimanaaa gitu. Satu hal udah saya ketahui adalah, anggota geng cewek di kantor itu doyan makan semua. Tapi nggak ada yang lebih parah dari seorang Adel alias adelladelaide idola kalian di Twitter itu. Kami lagi istirahat sejenak setelah makan, menikmati teh hangat, sambil nonton berita sore, dan update di Path, ketika dia bilang kalau dia mau ngemil yang manis-manis. Padahal baru aja makan! Terus ngeles nanti setelah sampai di tempat makan lain itu bakalan lapar lagi soalnya jauh. Untungnya kami berhasil memblokade keinginannya yang suka nggak-nggak itu. Dia berhasil dibujuk dengan iming-iming ((iming-iming ye kan)), “Ngemilnya nanti malam aja! Pasti laper lagi tuh, kan dingin...”

ArrivingAaaaah warmth Just keep tweeting, just keep tweeting... Bonfire Sekitar pukul 5, kami bergegas ke penginapan kami di Cikole Grafika, Lembang. Begitu pepohonan pinus mulai terlihat di sisi kiri dan kanan jalan, kami mematikan AC mobil dan membuka jendela. Udara dingin menyambut dan kami otomatis langsung mengenakan jaket dan kardigan masing-masing. Sebelnya lagi, tiba-tiba radio memainkan lagu ‘Flightless Bird, American Mouth’. Langsung berasa ada di Forks. Setelah sedikit nyasar dan ngelewatin tempat tujuan, akhirnya kami sampai juga di Cikole Grafika. Hari udah mulai gelap dan kami susah payah membawa diri yang udah mulai lelah berjalan sedikit menanjak menuju pondok kami. Cikole Grafika terletak di kawasan hutan pinus. Ada banyak pondokan yang bisa kamu pilih di situ. Pondok kami yang warnanya hijau gini. Lucu yaaa... Saya bahagia banget setelah tahu kalau di kamar mandinya ada pemanas. Nggak perlu tersiksa karena kedinginan waktu mandi. Tapi kami nggak langsung mandi. Cuma cuci tangan dan kaki terus selonjoran sebentar. Terus lanjut lagi nyari cemilan. Gile yah. Pertama, mampir ke mini market untuk beli kopi dan makanan ringan. Terus nyari warung roti bakar di pinggir jalan. Kasian banget ibu empunya warung yang kami singgahi. Dia harus melayani 7 orang yang makannya agak barbaric ini seorang diri. Kami pesan roti bakar, jagung bakar, pisang bakar, mie rebus, dan makan beramai-ramai sambil bercanda. Pas kami udah hampir selesai makan baru deh ada yang bantuin si ibu masak.

Even more sign!This is where we stayed! Waking up to this A family of cones Breakfast Pukul 9 lewat barulah kami kembali lagi ke penginapan. Baru deh pada antri untuk mandi. Terus pintu pondok kami diketuk oleh staff penginapan. Katanya api unggun kami udah disiapin dan bisa mereka bakar sekarang juga kalau kami mau. Kami pun setuju. Lumayan untuk menghangatkan badan. Belum mandi pula, jadi nggak masalah kalau kena asap. Saya mengira kami harus menikmati api unggun itu dengan kelompok lain yang lagi menginap juga. Biar pada kenalan gitu. Ternyata enggak. Dan ternyata mereka udah nyiapin jagung juga untuk dibakar di api unggun. Lah tahu gitu kami nggak nyemilin jagung di warung tadi, setengah jam sebelumnya. Haha. Saya cuma duduk di dekat api unggun sebentar dan lebih memilih untuk mandi. Butuh waktu cukup lama sampai kami tertidur soalnya masih sibuk bercanda dan juga sedikit terganggu suara dari anak-anak kampus yang lagi jurit malam.

Walk the logSnacking "Where's the strawberries?!" Pretty flowers Paginya ada yang kocak. Kami baru selesai mandi dan masih sibuk dandan. Pintu terbuka supaya dandannya enak dengan cahaya alami. Hazek. Tiba-tiba seorang mahasiswa yang membawa toa muncul di pintu kami dan nanya dengan tegas, “Fakultas Hukum, ya?” Terlahir dengan jiwa usil, saya spontan menjawab, “Iya.” Tapi langsung nggak tega ngeliat mukanya yang masih agak mikir gitu. Jadi sebelum dia sempet jawab atau ngomel saya langsung bilang, “Enggak deng...” Terus ketawa. Dia pun pergi dengan muka malu. Setelah dia pergi saya malah diomelin Ira dan Aga yang ternyata juga berniat untuk ngerjain si mahasiswa senior tadi. “Tadi gue juga mau bilang iya tau, Di! Harusnya biarin aja. Biar kita dibawa, terus nanti pas diabsen dia bingung sendiri gara-gara nggak ada nama kita!” Hahaha nggak kebayang kalau beneran kayak gitu. Kocak sih. Sebelum check out, muter-muter keliling Cikole Grafika. Main ke kebun stroberi yang belum banyak berbuah, terus ngeliat kijang dan beberapa burung yang dipelihara di sana. 

The display tho... Can I have your order? Di hari kedua itu, sebelum pulang kami balik lagi ke kota Bandung. Ngopi-ngopi lucu di Warung Kopi Modjok, terus diajak makan bakso sama yang punya Cireng Mang Aup. Terus nemenin yang mau cari barang-barang antik biarpun nggak beli... Terus berhubung udah sore, langsung balik ke Jakarta, dan cuma beli sedikit oleh-oleh di rest area. Perjalan ke Jakartanya berasa cepet banget karena jalanannya lurus-lurus aja kali ya. Plus banyak ngobrol dan ketawa sampe sakit perut. Selanjutnya ke mana yaaa...? 

 More photos on my Flickr.

0 comments:

Post a Comment

Read the Printed Word!