March 19, 2018

Jurnal Perjalanan: Belitong

Blues
Hola, sodara-sodara sebangsa dan setanah air. Sebelum memulai jurnal perjalanan yang sepertinya bakalan singkat aja ini, saya akan memberikan sedikit update. Hazek. Gatel sendiri karena setelah dilihat lagi, sepanjang tahun 2017 kemaren cuma bikin 4 postingan. Kenapa ya? Mungkin karena seharian di kantor udah berkutat dengan artikel, jadi untuk buka laptop lagi di rumah kok kayaknya males ya. Hehe. Jadi, saya berniat untuk lebih banyak posting di tahun ini. Mangats!

Saya ke Belitong akhir pekan lalu, 10-11 Maret. Dua hari satu malam aja dan jalan-jalannya masih sama teman-teman Mama, yang sebelumnya juga ke Dieng bareng. Ke sana naik pesawat dan sejujurnya saya nggak hapal nama-nama pulau yang kami singgahi, akhirnya bikin postingan ini sambil Googling. Dan walaupun cuma sebentar, saya dan Mama minjam koper kecil punya sepupu saya. HAHAHAHAHAwanita.

Waaaah Aligned Choose your boat Nggak bermaksud menghina atau gimana, tapi emang gini ribetnya jalan-jalan sama yang nggak seumuran. Pesawat ke Tanjong Pandan itu pukul 5.55 hari Sabtu pagi dari Soekarno-Hatta. Oke, emang harus sampai seenggaknya setengah jam sebelum itu, tapi kan nggak harus pagi-pagi buta juga. Mama ngotot berangkat pukul 2 pagi karena rombongan diminta stand by di sana pukul 3. Gini ya… rumah kami di Tangerang. Bandara itu juga di Tangerang, walaupun ya tetep jauh sih. Dini hari. Ya jalanan lancar dong. Akhirnya sampai di bandara pukul 3 kurang dan nunggu lumayan lama. Selama nunggu juga cuma ngobrol dan makan. Haha. Pokoknya nggak tidur deh malam itu, baru tidur di pesawat dan bener-bener baru bangun pas landing.

Sampai di Belitong (sebagaimana orang sana menyebutnya dan saya pun lebih suka menyebutnya begitu), kami dijemput pihak travel. Tour guide kami bernama Sahil dan wajahnya mirip sepupu saya. Masih 19 tahun! Ramah dan kelihatan banget kalau emang dia ngerti seluk-beluk Belitong, cara ngejelasinnya udah enak. Akhirnya ketahuan kalau dia orang asli Gantong, tempat asalnya Andrea Hirata. Waaah~

Pagi itu bisa pilih satu di antara 3 menu sarapan; sate, soto, atau mie Belitong. Saya pilih mie dan nggak nyesel. Mie telor biasa, tapi kuahnya tuh kaldu rasa makanan laut yang seger banget. Ada udangnya dan enak banget pake emping. Minumnya air jeruk hangat dan di sana tuh namanya jeruk kunci. Saya pikir ini semacam plesetan, ternyata eh ternyata... jeruk kunci = key lime. Nggak tau deh bedanya apa sama jeruk nipis biasa, rasanya sih nggak seasam jeruk nipis. Sesampainya di pantai, Mama sempet sakit perut. Entah karena pencernaannya kaget dengan makanan di sana atau karena jeruk kunci ya? Hmm…

Simple Mie Belitong Mother of cats
Lighthouse, Lengkuas Island
Aye, Captain Adrift
Itu saya yang agak jauh dan cuma kelihatan kayak jaket oranye terapung 😂

Dari beberapa pulau yang kami kunjungi, paling ingat sama Pulau Lengkuas karena ada mercusuarnya. Waktu mau merapat ke Pulau Kepayang, mulai gerimis sampai akhirnyas benar-benar hujan deras. Seru juga ngerasain kehujanan di pulau gitu. Tapi nggak tahan dinginnya aja sih. Karena itu baru aja selesai snorkeling, baru keanginan bentar, udah basah lagi kena air laut, dan kena hujan. Mengigil! Untungnya disedain kopi dan teh panas. Dan makanannya juga cepet banget datengnya. Langsung lahap. Udah kenyang, hujan reda, malah langsung panas lagi, lanjut lagi deh. Harusnya masih lanjut snorkeling lagi, tapi rombongan memutuskan kalau sudah cukup main airnya. Padahal belum… Dari segitu banyak spot snorkeling, cuma mampir di satu tempat aja. :(

Kong Djie Coffee Visible kitchen The iced one is also really good Aww it's cloudy :| Sunset Sorenya kami balik ke tempat awal, yang saya lupa namanya. Bilas di sana, ke Pantai Laskar Pelangi, foto-foto dan takjub sama bebatuan yang ada, lalu lanjut ke Pantai Tanjung Pendam untuk lihat sunset. Pantai lumayan ramai. Banyak orang sekitar yang ngajak anak-anaknya main. Berhubung masih pukul 4 sore dan ngantuk parah, saya pengen banget ngopi. Sementara ibu-ibu lainnya duduk di tepi pantai, saya, Mama, Sahil, dan seorang teman Mama melipir ke warung kopi di seberang jalan. Rupanya Kong Djie Coffee ini emang udah terkenal banget. Walaupun udah jadi franchise, menurut Sahil, rasanya tetep beda-beda di tiap cabangnya. Saya nyobain es kopi yang pakai tambahan susu kental manis lumayan banyak, tapi rasanya tetep pas. Sempat nyicipin sedikit kopi panasnya dan enaaak :’)

Look at those stones Laskar Pelangi Beach Laskar Pelangi Beach

Perburuan matahari terbenam kurang berhasil karena sore itu lumayan berawan. Sebelnya lihat air rasanya masih pengen nyebur lagi. Puas foto-foto akhirnya kami check in di hotel, nggak jauh dari pantai, di pusat kota Tanjung Pandan. Hotelnya enakeun. Sederhana tapi bersih, WiFi lumayan kenceng, ada air panasnya juga. Sampai sana mandi lagi karena rambut masih lengket banget. Setengah 8 malam, kami berangkat lagi untuk makan malam khas Belitong di restoran Belitong Timpo Duluk dan nyari oleh-oleh. Restoran ini kece banget buat yang suka foto-foto. Sesuai namanya, banyak dekorasi dan alat-alat jadul yang dipajang. Mulai dari taksi kuno, peralatan dapur yang dijadiin dekorasi dinding, sampai mesin tik, telepon, sepeda ontel, dan Vespa. Kalau makanannya sendiri saya kurang cocok. Hehe. Dan seperti biasa kalau nggak di rumah sendiri, pukul 10 malam pun udah tidur.

Shade Hello
Besoknya saya lumayan bersemangat karena agendanya ke Belitong Timur. Aaaah, this is what I came for! Seneng banget karena selama ini baca hampir semua bukunya Andrea Hirata yang semuanya berlokasi di tempat ini dan sekarang saya ada di sini. Waaah. Nggak kebayang kalau nanti bisa mampir ke Wizarding World of Harry Potter. Nangis kali. Namun, kenyataannya tak seindah yang saya bayangkan...

Hujan. Begitu sampai di Museum Kata nih ibu-ibu menolak turun dan lebih milih untuk “Lanjut aja, cari oleh-oleh lagi.” Ya ampun, kalau bukan karena Laskar Pelangi, saya mungkin nggak akan ikut nih. Kalau bukan karena seri novel itu juga, kalian mungkin nggak ada di sini karena tempat ini mungkin nggak jadi tempat tujuan wisata yang hits seperti sekarang ini. Maap, emosi. Lagipula, setelah dari Museum Kata, tujuan selanjutnya ke replika sekolah Laskar Pelangi. Dan itu lebih nggak mungkin mampir lagi karena letaknya ada di bukit kecil dan pasti nggak karuan beceknya (akhirnya cuma sempet foto dari mobil karena masih hujan deras). Jadi ya sudah, saya nggak peduli, saya turun dan foto-foto sepuasnya di Museum Kata. Habis dari sana rasanya pengen rajin nulis dan baca lagi bukunya Andrea Hirata yang saya punya.

Front yard Even more colorful in the rain Museum Kata Mozaic Be Inspired The school replica My favorite quote from the tetralogy
My favorite quote from my favorite character in the tetralogy 😭

Oh iya, di hari kedua itu sempet mampir juga ke Vihara Dewi Kwan Im, terbesar di Belitong. Letaknya di atas bukit dan entah kenapa begitu melihat sekeliling langsung inget Kung Fu Panda. Berasa ingin menuntut ilmu bela diri sama Master Shifu. Siang itu kami juga makan di Rumah Makan Fega yang Instagram-able dan enak tempatnya. Naksir sama bunga-bunga dan tanamannya yang terawat. 😍 Pas banget datang ke sana waktu memasuki waktu makan siang, masih sepi. Begitu kami selesai, entah berapa banyak mobil lagi berisi turis yang datang. Menjelang sore beneran lah pada mampir lagi untuk beli lebih banyak oleh-oleh. Pulangnya kejadian lagi nih. Pesawat pukul 5, udah sampai bandara sekitar setengah 4. Rajin bener… Untung bawa buku jadi nggak terlalu bosan. Pesawat delay 1 jam. Untunglah. Karena penerbangan sebelumnya delay-nya 4 jam. Mendarat dengan mulus di Soekarno-Hatta pukul 7 dan kembali disambut hujan.

I can't go up, it's too hottt The Goddess Around the vihara Pretty in pink Flowers Sea foods
A friendly dog

Yah, singkatnya perjalanannya cepet banget dan kayaknya untuk eksplor Belitong 2 hari 1 malam emang kurang deh. Hehe. Saya masih belum puas snorkeling dan baca-baca di Museum Kata, nggak mampir pula ke deretan warung kopi di Manggar. Tapi tetap senang karena pernah ke sana. Pantainya bagus-bagus dan jalanannya… udah diaspal mulus dan penggunanya sedikit banget jadi ke mana-mana lancar jaya~
Lain kali kalau ke sana lagi harus sama yang doyan main air dan kopi! More photos on my Flickr!

Next post ngomongin film kali ya…

Read the Printed Word!