February 3, 2012
The Sun Must Set to Rise.
Dulu setiap kali gue nonton film kemudian ada seorang karakter yang akan pergi tapi sebelum pergi dia bilang, "Sebenarnya gue nggak mau pergi. Kalau bisa, gue akan tinggal disini selama mungkin, tapi gue nggak bisa"—yah, atau semacamnya. Terus yang ditinggal bakal nangis dan kadang gue juga ikut nangis. Terus gue akan merasa marah. Gue pikir "Alasan! Bilang aja lo emang mau pergi, ninggalin dia!" Pokoknya menurut gue alasan semacam itu basi banget dan dibuat-buat. Tapi belum lama ini gue sadar, kalau alasan seperti itu nggak selamanya bohong.
Kadang seseorang yang sangat berarti dalam hidup kita harus pergi. Kalau mereka pergi ke alam lain, kita nggak bisa melakukan apapun lagi untuk menahan mereka disini. Kita hanya bisa pasrah, berserah diri, dan mencoba untuk ikhlas betapapun beratnya. Gue tau persis gimana rasanya ditinggal seperti itu, rasanya seperti ada bagian dari diri gue yang ikut hilang dan nggak akan pernah kembali lagi. Rasanya seperti ada lubang besar di hati gue dan lubang itu akan selamanya kosong, hampa, dan terabaikan karena gue hanya kembali kesana sesekali untuk meratap selama beberapa saat. Kadang gue ingin lari dan pergi untuk melupakan kesedihan, tapi mau pergi kemana? Kita nggak boleh selamanya sedih, lagipula gue masih muda. Life goes on.
Terkadang juga orang-orang itu pergi ke tempat lain untuk cari suasana baru, untuk cari pekerjaan baru, intinya untuk kehidupan yang lebih baik buat mereka. Teman dan sahabat mereka datang dan pergi silih berganti, karena memang tidak ada hal yang dapat bertahan selamanya. Tentunya kita akan merasa super sedih, tapi kita bisa apa? Memangnya kita yang kasih mereka makan dan kebutuhan hidup selama mereka disini? Memangnya kita bisa menjamin keselamatan dan hidup mereka selama mereka disini? Untuk kasus ini jawabannya tidak. Kita nggak berhak melarang orang itu untuk pergi. Lagipula kenapa kita harus melarang mereka pergi sementara itu demi kebaikan mereka?
Gue selalu benci perpisahan. Terutama karena gue sentimentil. Gue tahu bahwa gue harus melanjutkan hidup dan gue tahu bagaimana caranya. Tapi terkadang sekecil apapun kenangan yang tak sengaja mampir akan membuat gue sedih. Seharian kemarin gue nggak mood untuk melakukan apapun. Gue nggak inget makan dan akhirnya baru mencari makanan setelah perut gue konser keroncong nggak keruan. Seharian itu gue tahu bahwa gue terlihat menyedihkan. Untungnya gue nggak harus kemana-mana, karena kadang orang-orang suka terlalu ingin tahu. Kalau gue punya urusan di luar mungkin gue akan bertemu dengan pertanyaan-pertanyaan yang enggan gue jawab. Kok pucat? Lagi sakit? Kenapa lemas banget begitu sih? Habis nangis? Kenapa? Kenapa? Kenapa?
Setiap kali gue dengar lagu Paradise-nya Coldplay, secara spontan gue selalu ingat lo, sobat. Entah kenapa. Mungkin karena gue tahu apa yang lo alami dan lalui. Lo harus percaya kalau nggak selamanya badai akan terus berputar di tempat yang sama dan pada akhirnya akan berlalu. Gue harap lo akan mendapatkan apa yang selama ini lo impikan. Gue hanya berharap yang terbaik buat lo. Jangan pernah merasa kalau lo sendiri. Lo punya gue. Selalu.
Don't forget all the memories we had so much. Don't forget us. Don't forget me.
Seharian ini hujan turun tanpa henti. Jeda sebentar lalu hujan lagi. Dan gue ikut merasa melankolis. Gue tahu, nun jauh disana matahari sudah siap untuk menyinari tempat ini lagi. Tapi, untuk saat ini biarkan gue bersedih sejenak.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment