Halo, blogosphere!
Bagaimana mudik kalian? Semoga kembali ke rumah dalam keadaan sehat walafiat, ya. Kadang-kadang gue heran dengan ritual mudik ini. Setiap tahun berjuta-juta orang berbondong-bondong pergi ke kampung halamannya menempuh beratus-ratus kilometer, berdesak-desakkan di kendaraan umum maupun kendaraan pribadi, dan menempuh berjam-jam perjalanan demi menghabiskan beberapa hari bersama sanak keluarga. Waw (saking wow-nya).
Mudik gue sih nggak jauh-jauh. Paling jauh cuma ke Bogor. Dan terlepas dari penetapan Idul Fitri yang lumayan heboh, gue udah menikmati ketupat sejak hari Senin malam. Jadi, yah, begitu hari Rabu tiba gue udah cukup bosan dengan ketupat. Tapi tidak dengan semur buatan Mama! Pokoknya semur forever. Setelah sholat Ied, keliling dan silaturahim dengan tetangga, dan ziarah ke makam, kami duduk-duduk di depan rumah. Terus tahu-tahu ayam ini dateng, cari tempat adem, dan langsung tidur aja gitu. Jangan-jangan nih ayam kelelahan karena habis takbiran keliling malam sebelumnya..
Bagaimana mudik kalian? Semoga kembali ke rumah dalam keadaan sehat walafiat, ya. Kadang-kadang gue heran dengan ritual mudik ini. Setiap tahun berjuta-juta orang berbondong-bondong pergi ke kampung halamannya menempuh beratus-ratus kilometer, berdesak-desakkan di kendaraan umum maupun kendaraan pribadi, dan menempuh berjam-jam perjalanan demi menghabiskan beberapa hari bersama sanak keluarga. Waw (saking wow-nya).
Mudik gue sih nggak jauh-jauh. Paling jauh cuma ke Bogor. Dan terlepas dari penetapan Idul Fitri yang lumayan heboh, gue udah menikmati ketupat sejak hari Senin malam. Jadi, yah, begitu hari Rabu tiba gue udah cukup bosan dengan ketupat. Tapi tidak dengan semur buatan Mama! Pokoknya semur forever. Setelah sholat Ied, keliling dan silaturahim dengan tetangga, dan ziarah ke makam, kami duduk-duduk di depan rumah. Terus tahu-tahu ayam ini dateng, cari tempat adem, dan langsung tidur aja gitu. Jangan-jangan nih ayam kelelahan karena habis takbiran keliling malam sebelumnya..
Sebelum ke Bogor, gue kumpul dengan keluarga ibu gue di Jakarta. Senangnya kumpul bareng keluarga! Seperti biasa para bapak-bapak akan ngobrol ‘berat’ (dari politik sampai... nggak tahu sampai mana) di teras, ibu-ibu ngobrol di ruang tamu, anak-anak di ruang TV, dan peliharaan di kandang. Sepupu-sepupu cowok gue selalu deh obrolannya seputar kartun, komik, dan games. Gue? Yah gue sih nemplok aja kesana-kemari... taking pictures...
Kemudian sorenya, kami semua berkumpul untuk foto keluarga. Ternyata untuk mengambil satu foto aja dengan anggota keluarga sebanyak ini ribet banget. Terutama sih karena ada salah satu om gue yang berbakat banget jadi pelawak. Kamera dipasang di tripod dan dipasang timer selama sepuluh detik. Begitu tombol shutter ditekan dan timer mulai menghitung mundur, ada aja lelucon yang dilontarkan, jadinya kami yang tadinya udah siap pasang pose paling kece tertawa dan akhirnya harus pura-pura jaim lagi. Hahahaha seru!
Di lebaran tahun ini gue ketemu dengan anak-anak kerabat yang lucu, salah satunya adalah keponakan gue sendiri (tapi nggak ada di foto). Oooh, gue merasa tua sekarang.
Dan perjalanan ke Bogor kemarin itu cukup membuat emosi jiwa. Capeknya sih nggak seberapa, orang-orangnya itu lho. Kita berangkat dengan kereta api. Dan ini dia yang bikin emosi jiwa. Kami nggak dapet duduk karena kereta udah penuh banget. Nggak masalah sih buat gue. Tapi kami ada di gerbong khusus wanita. Dan dalam rangka lebaran gini gerbong wanita berisi ibu-ibu dengan anak-anak mereka. Oh no. Jangan salah sangka, gue suka bayi dan anak kecil (tapi yang nggak rese). Masalahnya ada aja yang nangis, misalnya kehausan, terus ibunya malah lupa bawa dot anaknya, lupa bawa ini-nya, itu-nya, sampai si anak nangis terus. Gue jadi pusing... Terus waktu sampai di stasiun Bogor, gue berjuang susah payah untuk turun kereta sementara orang-orang di peron udah menyerobot masuk. Parah. Sejak ada kereta commuter line, kereta Pakuan express malah ditiadakan. Gue nggak ngerti kenapa malah begini. Kenapa yang cepat malah ditiadakkan??! Ini zaman global, men! Semuanya harus serba cepat! *lha
Untungnya setelah lumayan emosi, gue menghabiskan waktu menonton Kung Fu Panda 2 dengan sepupu di Bogor. Dan ya ampun itu film kocak parah. Awalnya gue merasa nggak enak untuk tertawa lepas (baca: ngakak), tapi begitu penonton di deretan belakang tertawa terbahak-bahak, akhirnya gue cuek aja. Lucu banget deh. Oh iya, gue seneng banget bisa menebak pengisi suara untuk karakter Lord Shen dengan benar, yaitu tak lain dan tak bukan... Gary Oldman! I love him. Sebelumnya gue nggak sempat baca ulasan tentang film ini, sama sekali nggak tahu kalo Om Gary (sok akrab) ikutan jadi pengisi suara. Begitu melihat namanya di layar ketika filmnya berakhir gue langsung menjambak sepupu gue saking senangnya! Engga ding... enggak lah, gue nggak sebrutal itu. Tapi gue rasa yang melihat reaksi gue waktu itu akan mengira bahwa gue lebay.. -__-
Ah, biarlah, mereka tidak akan mengerti... *dramatis.
Beberapa hari berikutnya, gue nonton lagi bersama sepupu, Mama, dan juga Uwa. Kali ini film Indonesia, Di Bawah Lindungan Ka’bah. Sejujurnya gue emang nggak punya ekspektasi tinggi tentang film ini, tapi cukup penasaran mengenai setting tempat yang akan mereka suguhkan sepanjang film mengingat ceritanya berada di masa lalu--sebelum Indonesia merdeka! Tapi sambil menonton gue dan sepupu gue malah bercanda. Di salah satu adegan dimana si tokoh utama pria ditanya apakah dia mencintai si tokoh utama wanitanya...
Dialog film: Jadi, apakah kau mencintai Zainab?
Sepupu gue: Always.
Gue langsung ngakak. Severus Snape, kali.... Hahahahaha. Terus di perjalanan pulang, kami membahas film itu. Uwa gue yang satu ikut berkomentar dalam bahasa Sunda. Gue nggak terlalu mengerti bahasa Sunda dan suka ketawa sendiri kalau ada yang ngomong Sunda dengan kecepatan kilat. Tapi kali ini gue ketawa karena emang mengerti artinya. Ketika yang lain sudah mengeluarkan pendapatnya, Uwa gue berkomentar, “Jadi... ETA DI FILM MARARAOT KABEH?” (Jadi, itu di film mati semuanya?)
Kalau bisa, mungkin saat itu gue udah ngakak sambil guling-gulingan. FYI, sesuatu yang sederhana bisa menjadi sangat lucu buat gue. Lucu aja. Dari segitu panjangnya film, segitu banyak untuk dikomentarin, dia meringkasnya dalam satu kalimat tersebut. Lugas! Hahahaha Sampai sekarang gue masih ketawa sendiri kalau ingat kalimat itu.
Wah, ternyata postingannya jadi panjang banget gini ya. Sekian dulu deh. Semoga berjumpa lagi dengan Ramadhan dan Idul Fitri tahun depan! :)
Ini Momo, sugar glider milik sepupu gue yang nggak bisa diam sama seperti pemiliknya. :p
Kemudian sorenya, kami semua berkumpul untuk foto keluarga. Ternyata untuk mengambil satu foto aja dengan anggota keluarga sebanyak ini ribet banget. Terutama sih karena ada salah satu om gue yang berbakat banget jadi pelawak. Kamera dipasang di tripod dan dipasang timer selama sepuluh detik. Begitu tombol shutter ditekan dan timer mulai menghitung mundur, ada aja lelucon yang dilontarkan, jadinya kami yang tadinya udah siap pasang pose paling kece tertawa dan akhirnya harus pura-pura jaim lagi. Hahahaha seru!
Di lebaran tahun ini gue ketemu dengan anak-anak kerabat yang lucu, salah satunya adalah keponakan gue sendiri (tapi nggak ada di foto). Oooh, gue merasa tua sekarang.
Dan perjalanan ke Bogor kemarin itu cukup membuat emosi jiwa. Capeknya sih nggak seberapa, orang-orangnya itu lho. Kita berangkat dengan kereta api. Dan ini dia yang bikin emosi jiwa. Kami nggak dapet duduk karena kereta udah penuh banget. Nggak masalah sih buat gue. Tapi kami ada di gerbong khusus wanita. Dan dalam rangka lebaran gini gerbong wanita berisi ibu-ibu dengan anak-anak mereka. Oh no. Jangan salah sangka, gue suka bayi dan anak kecil (tapi yang nggak rese). Masalahnya ada aja yang nangis, misalnya kehausan, terus ibunya malah lupa bawa dot anaknya, lupa bawa ini-nya, itu-nya, sampai si anak nangis terus. Gue jadi pusing... Terus waktu sampai di stasiun Bogor, gue berjuang susah payah untuk turun kereta sementara orang-orang di peron udah menyerobot masuk. Parah. Sejak ada kereta commuter line, kereta Pakuan express malah ditiadakan. Gue nggak ngerti kenapa malah begini. Kenapa yang cepat malah ditiadakkan??! Ini zaman global, men! Semuanya harus serba cepat! *lha
Untungnya setelah lumayan emosi, gue menghabiskan waktu menonton Kung Fu Panda 2 dengan sepupu di Bogor. Dan ya ampun itu film kocak parah. Awalnya gue merasa nggak enak untuk tertawa lepas (baca: ngakak), tapi begitu penonton di deretan belakang tertawa terbahak-bahak, akhirnya gue cuek aja. Lucu banget deh. Oh iya, gue seneng banget bisa menebak pengisi suara untuk karakter Lord Shen dengan benar, yaitu tak lain dan tak bukan... Gary Oldman! I love him. Sebelumnya gue nggak sempat baca ulasan tentang film ini, sama sekali nggak tahu kalo Om Gary (sok akrab) ikutan jadi pengisi suara. Begitu melihat namanya di layar ketika filmnya berakhir gue langsung menjambak sepupu gue saking senangnya! Engga ding... enggak lah, gue nggak sebrutal itu. Tapi gue rasa yang melihat reaksi gue waktu itu akan mengira bahwa gue lebay.. -__-
Ah, biarlah, mereka tidak akan mengerti... *dramatis.
Beberapa hari berikutnya, gue nonton lagi bersama sepupu, Mama, dan juga Uwa. Kali ini film Indonesia, Di Bawah Lindungan Ka’bah. Sejujurnya gue emang nggak punya ekspektasi tinggi tentang film ini, tapi cukup penasaran mengenai setting tempat yang akan mereka suguhkan sepanjang film mengingat ceritanya berada di masa lalu--sebelum Indonesia merdeka! Tapi sambil menonton gue dan sepupu gue malah bercanda. Di salah satu adegan dimana si tokoh utama pria ditanya apakah dia mencintai si tokoh utama wanitanya...
Dialog film: Jadi, apakah kau mencintai Zainab?
Sepupu gue: Always.
Gue langsung ngakak. Severus Snape, kali.... Hahahahaha. Terus di perjalanan pulang, kami membahas film itu. Uwa gue yang satu ikut berkomentar dalam bahasa Sunda. Gue nggak terlalu mengerti bahasa Sunda dan suka ketawa sendiri kalau ada yang ngomong Sunda dengan kecepatan kilat. Tapi kali ini gue ketawa karena emang mengerti artinya. Ketika yang lain sudah mengeluarkan pendapatnya, Uwa gue berkomentar, “Jadi... ETA DI FILM MARARAOT KABEH?” (Jadi, itu di film mati semuanya?)
Kalau bisa, mungkin saat itu gue udah ngakak sambil guling-gulingan. FYI, sesuatu yang sederhana bisa menjadi sangat lucu buat gue. Lucu aja. Dari segitu panjangnya film, segitu banyak untuk dikomentarin, dia meringkasnya dalam satu kalimat tersebut. Lugas! Hahahaha Sampai sekarang gue masih ketawa sendiri kalau ingat kalimat itu.
Wah, ternyata postingannya jadi panjang banget gini ya. Sekian dulu deh. Semoga berjumpa lagi dengan Ramadhan dan Idul Fitri tahun depan! :)
0 comments:
Post a Comment