*fangirl mode: FULL ON*
Saya pernah cerita betapa saya sangat menantikan album terbaru The xx dan bagaimana saya jatuh cinta sama mereka di postingan ini. Dan akhirnya, netizen, akhirnyaaa… minggu lalu saya bisa lihat mereka secara langsung! Ini bakal jadi postingan yang panjang. Grab your snacks.
Tahun lalu The xx ngumumin jadwal konser mereka di Asia, tapi kalau nggak salah negara Asia yang dikunjungi cuma Jepang, Korea Selatan, sama Singapura deh. Saya udah hampir nekat untuk bikin paspor demi bisa nonton konser mereka di Singapura. Yap, saya tahu ini udah tahun 2018 dan saya masih juga belum punya paspor. Kalah sama emak yang bentar lagi mau naik haji (ini beneran). Sebenarnya ada satu teman yang waktu itu serius ngajak nonton di Singapura. Namun, dengan segala pertimbangan yang ada, akhirnya nggak jadi. Walaupun cinta Oliver dan kawan-kawan, ternyata saya lebih cinta duit saya sendiri juga. Hahaha… Secara, beli tiket konser, tiket pesawat pulang-pergi, belum lagi akomodasi. Kecuali kalau bisa nginep di bandara macam Tom Hanks di film The Terminal. Yaudah akhirnya saya cukup puas dengan keputusan itu walaupun tetep ya pundung liat update mereka di sosial media. Kayaknya deket banget gitu loh Singapura itu. Kenapa nggak mampir ke sini sihhh? Saat itu mulai merasa pesimis kalau mereka akan mampir ke sini.
Takdir berkata lain. Hazek. Beberapa bulan kemudian, mereka ngumumin jadwal konser di Australia dan New Zealand, yang lanjut ke Asia di tahun 2018, termasuk Jakarta.
Dan saya kalah cepet sama teman saya Khara yang udah lebih dulu liat update mereka di Instagram, lantas mention saya di komen, “Dateng nggak?” Oh, tentunya saya harus datang. Deg-degan juga sih liat kabar terbaru soal harga tiketnya. Akhirnya presale diumumkan dan untuk VIP Rp600 ribu aja gitu harganya. Saat itu saya sedih. Karena udah mau langsung beli, tapi apalah daya... Sebagai sobat miskin, saya harus menunjukkan solidaritas dan menunggu gajian dulu untuk bisa beli itu tiket. Saya pikir, kalau memang harga normal nanti lebih mahal, seenggaknya nggak semahal konser lain kayaknya. Sengaja tuh nggak ngecekin tiketnya karena ngeri yang VIP sold out. Dan kayaknya emang sempat sold out, terus akhirnya jadi harga normal bukan presale lagi. Yang mana harganya tetep sama dong, segitu juga. HAHAHAHAHA. Saya bahagia.
Gajian. Booking tiket. Ke ATM. Bayar. Balik ke PC kantor. Ngecek email. Dan udah terpampang manis di kotak masuk, sebuah voucher elektronik yang tinggal ditukarkan nantinya. Bahagia lagi. Itu di awal November.
Fast forward ke beberapa bulan sebelumnya. Bulan Desember mulai deg-degan, apalagi setelah liat video ini. Ada beberapa fans yang diwawancara dan ngobrol mendalam tentang arti musik The xx bagi mereka. Dilengkapi dengan video mereka waktu manggung tentunya. Gregetan sendiri nontonnya.
Sampai akhirnya tiba juga hari yang dinantikan, 23 Januari. Saya baru nge-print e-voucher yang harus dibawa itu sehari sebelumnya. Sempat kepikiran untuk ke Kemayoran dulu, tuker e-voucher, biar pulang kerja udah bisa langsung masuk venue. Tapi nggak jadi. Saya pikir, Selaaaw, pulang tenggo aja, paling cuma antri sebentar. Tentunya saya salah besar, netizen yang budiman.
Sore itu hujan. Dan entah kenapa saya woles banget. Masih sempet telepon sama teman dan baru berangkat pukul 7 malam. Saya pikir Kuningan-Kemayoran nggak sejauh itu karena setelah cek di Google Maps, katanya perjalanan sekitar 25 menit aja. Sepertinya yang bikin perjalanan itu terasa jauh banget adalah hujan. Waktu berangkat udah tinggal gerimis lucu. Sampai kawasan Pasar Baru gerimis makin nggak lucu, lama-lama beneran hujan. Bang Go-Jek nawarin pakai jas hujan, tapi saya menolak. Pertama, tanggung, udah basah juga. Seenggaknya bawahan masih lumayan kering dan kaki aman karena pakai boots. Kedua, saya pikir di sana mau beli kaos merchandise mereka sekalian sebagai baju ganti. Tapi lama-lama senewen juga karena muter lumayan jauh untuk bisa sampai ke pintu 6 yang dituju. Untung Bang Go-Jek saat itu ramah. Jadilah kita ngobrol… soal pelanggaran lalu lintas yang sering kita temui sehari-hari. Hmm.
Dari jauh antrian udah terlihat. Saya makin yakin kalau ini dia pintu masuk yang benar. Turun Go-Jek dengan sumringah dan langsung gabung dengan antrian. Tapi kok… ini nggak salah ya antriannya? Panjang banget. Dan lamaaa banget baru bergerak maju. Celingak-celinguk, siapa tahu yang VIP dibedain gitu jalurnya, ternyata sama aja, gaes. Syedih. Makin syedih lagi setelah saya menyadari kalau orang-orang di sekitar saya ini kece-kece pisan. Serba modis dan cakep lah pokoknya. Yang cewek-cewek udah kayak selebgram gitu penampilannya. Sementara saya baju compang-camping, boots abal-abal (yang penting aman kena becekan weks :p), sebelum berangkat semangat curling rambut eeeh taunya kehujanan… Untung makeup dan alis masih aman. Teteup. Haha. Sempat kenalan sama cewek yang ngantri di sebelah saya, yang ternyata sendiri juga. Namanya Dila, tapi saya nggak sempet minta kontaknya. Dia ngaku lebih suka album The xx yang sebelumnya dan berharap mereka lebih banyak memainkan lagu lama. Di sekitar kami, seakan hampir semua orang saling kenal.
“Woi!”
“Eh, gile, apa kabar lu?”
“Terakhir kita ketemu di mana ya?”
“Konser Coldplay ya?”
“Wah iya bener!”
Lalu tiba-tiba ikut antri. Di depan saya. Ketemu temen sih oke-oke aja, tapi nggak usah nyelak antrian dong, sob. -_-
Pukul 8 lewat, saya ngerasa belum bergerak jauh dari awal antrian tadi. Mulai deg-degan. Kalian harus tahu, di bulan Januari itu, selang seminggu saya punya mimpi buruk yang sama. Entah mikirin apa sebelum tidur, saya mimpi ketinggalan nonton konser The xx. Begitu sampai venue acara udah bubar. Bayangin! Dua kali mimpi kayak gitu! Mau nggak mau, saat ngantri itu saya bergidik karena teringat lagi. Sambil antri, sahabat saya Radhit bilang kalau temannya, Windy, nonton The xx juga, tapi di GA section. Akhirnya kami kenalan singkat dan lanjut ngobrol di DM Twitter. Windy udah ada di dalam venue sementara saya makin senewen di antrian. Lumayan yakin kalau bakalan ngaret, tapi tetep aja deg-degan kalau seandainya telat masuk. Akhirnya sekitar setengah 9 saya berhasil menukarkan e-voucher menjadi wristband tanda masuk, pisah jalan sama Dila. Saya memilih jalan yang lurus, dia belok kanan. Beneran.
Entah mereka emang nggak buka merch table di sini, atau saya yang nggak lihat. Pokoknya saya nggak nemu, padahal udah niat mau beli kaosnya. Ngelewatin bar, sempet pengen beli air mineral, tapi males sendiri liat antriannya. Begitu juga antrian di toilet. Sempet salah masuk ke GA section pula. Saya nunggu hampir 30 menit sejak masuk. Sempet mau ke toilet tapi takut begitu masuk nggak bisa dapet di spot itu lagi. Nggak di depan banget sih, tapi lumayan dekat dengan tempat di mana Oliver akan berada. HAHAHA.
Seperti biasa, ada playlist asoy yang dimainkan sambil menunggu waktu manggung. Ada beberapa lagu yang asik dan tentunya saya nggak tahu itu lagu judulnya apa. Di belakang saya ada seorang pria yang suka teriak, entah udah terpengaruh alkohol atau gimana. Dia nggak teriak macam, “Aaaak, The xx! Jamie, Romy, Oliver!” atau apa kek gitu yang masih ada hubungannya sama band-nya. Dia cuma teriak “Aaaaaaarrrggghhhh!” sekitar tiga kali dan kenceng banget kayak jempolnya abis ketiban lemari. Kan kaget dan kesel dengernya.
Penonton makin ramai. Seneng juga karena makin banyak yang berhasil melewati antrian loket yang menyebalkan itu. Tiap lagu di playlist berakhir, penonton berteriak bersiap menyambut yang ditunggu. Ternyata belum. Beberapa kali dengan yakin bilang dalam hati, Fix, abis lagu ini nih mereka naik panggung. Eh, ternyata langsung otomatis berganti lagu lain dan kami lanjut nunggu. Satu lagu lagi berakhir dan berganti dengan lagu yang familiar.
“I’m coming out / I want the world to know / Got to let it show… TEEEEET”
Penonton bergoyang. Dalam hati berpikir, Lucu juga sih kalau mereka keluar sekarang. DAN BENER AJA. There. The three of them coming out of the backstage with that song!
Jantung rasanya pindah ke tenggorokan. Atau itu permen karet yang baru saja saya telan? Entah. Pokoknya rasanya nggak karuan. Langsung refleks loncat, teriak, dan senyum tiga jari. Band yang didengerin tiap hari ada di depan mata, men! Dan ini penting: saya nggak nangis sama sekali! HAHAHA. I’m proud of you! *ngomong di depan cermin*
The xx di malam itu tampil bagus banget deh buat saya. Ada sih di satu lagu yang menurut saya suaranya agak sember, tapi lupa lagu apa. Kalau harus milih, kayaknya favorit malam itu waktu Infinity dan Loud Places. Saya cinta banget lagu Fiction, tapi saya lebih suka versi aslinya, bukan yang remix. Biasanya saya emang nggak terlalu suka versi remix, tapi yang mereka bawain malam itu bisa jadi pengecualian karena asik semua. Tata lampunya keren banget. Lagu Infinity kalau live di bagian akhirnya emang makin intens karena ditambahin hentakan drum (versi albumnya enggak), ditambah dengan lampu yang ngikutin beat. Keren gila. Terus udah kebayang betapa serunya Loud Places versi live dan bener aja. Lampu di lagu itu yang paling colorful dengan warna pelangi. Mungkin sebagai representasi dari albumnya Jamie, In Colour.
Yang bikin paling bahagia selain bisa lihat mereka dari dekat adalah karena mereka juga kayaknya beneran seneng. Penonton malam itu emang seru. Kompak nyanyi bareng (apalagi pas single dari album baru) dan energinya luar biasa. Romy bilang terima kasih karena semuanya “have been so warm and welcoming” dengan sumringah, Oliver minta maaf karena butuh waktu lama untuk mereka bisa mampir ke Indonesia. Dan waktu bawain lagu On Hold, Oliver dengan senyum lebar membiarkan penonton nyanyi bareng, sebelum lanjut nyanyi, terus bilang, “I love you, Jakarta.” Yang tentunya saya balas dengan, “I love you, Oliver!”
Saya cukup puas dengan konsernya. Walaupun nggak berhasil maju sampai ke paling depan. Walaupun nggak dapet merchandise mereka. Nah soal ini, entah mereka nggak buka meja merchandise atau saya yang nggak liat. Keluar venue saya sempat nanya ke salah satu kru dan menurut dia emang nggak ada merch table tuh. Hm. Oh, dan mereka nggak bawain lagu A Violent Noise, Brave For You, dan Lips, yang biasanya dibawain di negara lain. Saya bilang ke diri saya sendiri, kalau mereka bawain A Violent Noise dan Brave For You, saya bakalan sedih sih karena cerita yang melatarbelakangi lagu itu. Sementara lagu Lips menurut saya seksi banget, jadi kalau liat versi live-nya saya ngeri terbawa suasana. EH GIMANA. Hahaha. Tapi ternyata sedikit kecewa juga karena tiga lagu itu nggak dibawain. Banyak maunya ya… :’) Mereka juga langsung hajar semua lagu yang ada di setlist. Sok-sokan ke backstage sebelum encore, tapi Jamie aja masih nggak beranjak dari tempatnya. Encore apaan... Hahaha. Nyanyi bareng lagu Angels sebagai penutupan dan udah deh, mereka dadah-dadah.
Saya masih di area VIP dan habis ngambil foto wristband. Ada larangan dari promotor untuk nggak foto, apalagi bagian barcode-nya terus upload ke sosmed. Tapi berhubung konser udah selesai, yaudahlah ya… Baru selesai foto, saya dengar sesuatu terjatuh di dekat saya. Saya pikir, Wah, ada yang barangnya jatuh nih, sampai akhirnya mata saya terpaku ke sebuah benda hitam kecil yang nggak lain adalah sekeping pick gitar. Tanpa nunggu, langsung saya ambil. Dapet pick gitarnya Romy Madley Croft! Biasa aja sih, nggak ada simbol khusus The xx atau apa. But whaaaat… tetep seneng! Seorang mas bule yang tadi sepertinya melihat kejadian itu lantas mengacungi saya kedua jempolnya sambil bilang, “Good, good!” dan kelihatan ikutan seneng. Makasih loh, mas.
Sempet mau ketemu dengan Windy, tapi dia masih nunggu temannya yang lain. Berhubung perjalanan pulang saya jauh, akhirnya saya duluan. Dan kami lanjut ngobrol panjang di WhatsApp. Keesokan harinya juga masih lanjut ngomongin. Ternyata emang banyak yang memprotes antrian di loket penukaran e-voucher. Ada yang protes panjang lebar ke promotor karena begitu masuk, udah tiga lagu yang dimainkan. Saya ikutan kasihan dan kesel. Tambah kesel lagi karena lihat salah satu tanggapan curhatan itu. Seseorang dengan bangganya menanggapi kira-kira gini, “Jarang nonton konser sih. Gue aja beli tiket GA1 100 ribu doang, nggak pakai ngantri, langsung masuk.” Saya penasaran dia udah nonton seberapa banyak konser sih, kok songong banget. Terus hellawww beli di calo kok bangga?
Masih sempet nyatet setlist yang disingkat-singkat ini... :))
Di perjalanan pulang menenggak satu setengah botol air mineral dan dua bakpao cokelat saking lapernya. Yah walaupun masih berharap lebih, saya senang bisa lihat mereka live, nyanyi bareng, dan joget nggak-jelas-yang-penting-asoy. Mereka juga tampaknya lumayan impressed. Besoknya mereka update di Insta Stories, “Still thinking about last night. We love you, Jakarta.” Duh, kan… saya… jadi… tambah baper… Satu lagi, seneng karena nambah teman yang sepertinya kadar ngefans ke Oliver-nya sama. Kenapa semesta baru mempertemukan kita sekarang? Kenapaaaaaa? Lebay. Haha. Nggak kebayang ini kalau ketemu beneran. Apakah suatu saat saya dan Windy akan menghabiskan waktu hangout dengan stalking sang idola bersama? Semoga tidak. Hahaha.
Oke, tinggal Haim, Mumford & Sons, dan Lorde nih yang belum mau mampir ke sini. Selanjutnya, saya mau lihat Oliver lainnya di Call Me by Your Name. See you soon!
0 comments:
Post a Comment